Rabu, 27 Maret 2013

Sultan akan Persulit Izin Pembangunan Asrama Etnis di Yogya



"Jangan tinggal di asrama, di kos saja supaya membaur antaretnis."


Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X, berang karena Yogyakarta menjadi ajang perkelahian geng-geng etnis tertentu. Ia pun meminta para pendatang yang ada di Yogya untuk berkomitmen menjunjung keharmonisan di kota gudeg itu.



Sultan meminta para pendatang di Yogya, baik pelajar maupun pekerja, untuk berbaur dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka. Bergaul hanya dengan etnisnya saja, menurut Sultan akan membuat kaum pendatang kurang berinteraksi dengan warga sekitar dan memunculkan soliditas internal etnis yang tinggi.

Terkait hal itu pula, Sultan memerintahkan agar pembangunan asrama etnis di Yogya dibatasi. “Saya imbau kepada para Bupati dan Walikota di Yogya untuk mempersulit izin pembangunan asrama yang menampung etnis tertentu, karena asrama etnis menjadi salah satu sumber terjadinya konflik,” kata Sultan, Rabu 27 Maret 2013.

Penghuni asrama etnis, ujar Sultan, akan cenderung tidak bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Sultan meminta pelajar asal luar Yogya untuk tinggal di kos saja, sebab penghuni kos terdiri dari banyak etnis dari berbagai daerah sehingga mereka akan saling berbaur. “Saya berpesan pada mahasiswa dari daerah manapun untuk tidak tinggal di asrama. Kos lebih baik dari asrama,” kata dia.
Sultan juga punya satu pesan lagi bagi para mahasiswa dari luar Yogya.
“Mahasiswa dari Kalimantan, Batak, Papua, NTT, dan luar Jawa lain, janganlah menjadi orang Jawa karena bukan orang Jawa. Tapi jadilan mahasiswa Batak yang baik, mahasiswa NTT yang baik,” ujar Sultan.


sumber :
viva.co.id

0 komentar:

Posting Komentar